Oleh: Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Abu Hamid Al-Ghazali, ahli fiqih dan tasawuf dalam kitab Ihya‘ mengenai adab jima' atau berhubungan suami istri, beliau berkata: “Disunnahkan memulainya dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim dan berdoa, sebagaimana Nabi saw. mengatakan: “Ya Allah, jauhkanlah aku dan setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau berikan kepadaku’.”
Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Jika mendapat anak, maka tidak akan diganggu oleh setan.”
Al-Ghazali berkata, “Dalam suasana ini (akan jima') hendaknya didahului dengan kata-kata manis, bermesra-mesraan dan sebagainya; dan menutup diri mereka dengan selimut, jangan telanjang menyerupai binatang. Sang suami harus memelihara suasana dan menyesuaikan diri, sehingga kedua pasangan sama-sama dapat menikmati dan merasa puas.”
Baca selengkapnya »
Abu Hamid Al-Ghazali, ahli fiqih dan tasawuf dalam kitab Ihya‘ mengenai adab jima' atau berhubungan suami istri, beliau berkata: “Disunnahkan memulainya dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim dan berdoa, sebagaimana Nabi saw. mengatakan: “Ya Allah, jauhkanlah aku dan setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau berikan kepadaku’.”
Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Jika mendapat anak, maka tidak akan diganggu oleh setan.”
Al-Ghazali berkata, “Dalam suasana ini (akan jima') hendaknya didahului dengan kata-kata manis, bermesra-mesraan dan sebagainya; dan menutup diri mereka dengan selimut, jangan telanjang menyerupai binatang. Sang suami harus memelihara suasana dan menyesuaikan diri, sehingga kedua pasangan sama-sama dapat menikmati dan merasa puas.”